Sobat pasti sering melihat konten review kuliner, makanan viral, dan rekomendasi tempat makan yang seliweran di TikTok atau Instagram, kan? Fenomena ini sangat melekat dengan kehidupan orang muda atau gen Z. Berdasarkan data survei Populix tahun 2023 dalam periode 2022-2023, 57% responden membeli makanan secara online atau takeaway, 49% memasak sendiri, 46% membeli makanan secara offline/dine-in, dan 41% mengonsumsi makanan yang sudah tersedia di rumah.
Fajar Edin Mulyadi atau yang akrab disapa Fajar, salah satu orang muda Bandung juga termasuk dalam fenomena tersebut. Ia mudah tergoda konten makanan viral dan mengikuti rekomendasi teman bahkan warganet tanpa banyak berpikir. Namun, di balik rasa penasaran itu, ia belum menyadari bahwa ternyata isu pangan juga berkaitan erat dengan akses pangan, regulasi, hingga bagaimana kota menyediakan pilihan sehat dan terjangkau bagi warganya. Dan pada titik inilah, kesadaran itu mulai tumbuh, ketika Fajar akhirnya bertemu dengan OMEGA (Orang Muda Peduli Gizi dan Pangan).
Menemukan Pentingnya Literasi Pangan
Tren konsumsi orang muda yang serba cepat mulai dari membeli makanan secara online hingga mencoba jajanan viral membuat banyak keputusan makan dilakukan tanpa pertimbangan gizi. Hal ini sejalan dengan temuan Populix (2023) yang menunjukkan bahwa mayoritas Gen Z dan milenial lebih sering membeli makanan jadi daripada memasak sendiri. Pola inilah yang sebelumnya juga dialami Fajar. Ia terbiasa mengikuti arus tanpa memahami apakah makanan yang ia pilih benar-benar sehat. Namun, ketika mulai belajar di OMEGA, ia untuk pertama kalinya melihat bahwa di balik setiap pilihan makan ada informasi penting yang perlu dipahami seperti kandungan gizi, proses pengolahan, sampai dampaknya bagi tubuh.
Saat pertama kali ikut OMEGA, Fajar menyadari bahwa informasi mengenai makanan seringkali simpang siur. Ia mengaku bahwa sebelumnya ia mudah sekali mempercayai tren diet atau klaim makanan sehat yang beredar di TikTok tanpa mengetahui benar tidaknya. Namun, melalui sesi pembelajaran OMEGA mulai dari membaca komposisi makanan, mengenali kandungan gizi, memahami prinsip Isi Piringku, hingga menganalisis makanan kekinian ia mulai mendapatkan perspektif baru.
Salah satu momen selama kegiatan OMEGA yang paling berkesan baginya adalah ketika orang muda OMEGA diajak praktik belanja sadar gizi. Ia bercerita bahwa dulu ia cenderung membeli makanan tanpa berpikir panjang, tetapi setelah mengikuti OMEGA, ia mulai mempertimbangkan berbagai hal seperti jumlah kalori, kandungan gula tambahan, dan keberadaan serat dalam setiap makanan. Dari pengalaman tersebut, Fajar semakin memahami bahwa memilih makanan bukan hanya soal selera, melainkan juga tentang pengetahuan dan tanggung jawab.
Transformasi Gaya Hidup: Dari FOMO ke Pilih-Pilih
Setelah ikut OMEGA, perubahan Fajar dimulai dari hal kecil. Ia terkadang masih membeli jajan lewat aplikasi online, namun sekarang ia jauh lebih selektif. Setiap makan, ia memastikan ada sayur dan buah. Ia belajar mengolah makanan sederhana yang lebih sehat daripada makanan viral yang sering muncul di media sosial.
Di lingkungan pertemanan dan komunitas, Fajar menjadi lebih vokal menyarankan alternatif sehat. Ia sering berbagi tips tentang cara mengolah makanan tanpa banyak bumbu instan, atau bagaimana memilih jajanan yang lebih aman dari gula berlebih dan minyak.Yang menarik, Fajar merasa gaya hidup sehat tidak harus ribet. Baginya, perlawanan terhadap tren tidak harus ekstrem cukup dilakukan lewat kebiasaan kecil yang konsisten. “Kuncinya mindset,” katanya.
Melalui rangkaian materi dan praktik lapangan, Fajar merasa literasi gizi yang ia dapatkan di OMEGA menjadi titik balik yang membuatnya mampu mengambil keputusan makan dengan lebih sadar. Pengetahuan tentang membaca label pangan, memahami porsi ideal, hingga mengenali sumber gula dan lemak tersembunyi membuatnya tidak lagi makan hanya berdasarkan tren, tetapi berdasarkan kebutuhan tubuh. OMEGA juga memberinya ruang untuk berdiskusi, bertanya, dan mempraktikkan langsung apa yang ia pelajari mulai dari belanja sadar gizi hingga merancang menu sederhana yang lebih seimbang. Semua pengalaman ini menguatkan Fajar bahwa perubahan gaya hidup bukan sekadar soal disiplin pribadi, tetapi tentang memahami alasan di balik setiap pilihan makan dan menjadikannya kebiasaan yang berkelanjutan
Kreativitas Orang Muda Bisa Ciptakan Tren Baru
Fajar percaya bahwa orang muda bukan hanya penikmat tren kuliner mereka juga pencipta tren. Ia melihat banyak teman sebayanya yang mulai membuka usaha makanan kukusan, frozen food sehat, minuman rendah gula, atau membuat konten edukasi pangan di media sosial. Ia menjelaskan bahwa orang muda memiliki kreativitas tinggi, bergerak cepat, dan sangat dekat dengan teknologi, sehingga menurutnya jika orang muda menciptakan tren makanan sehat, penyebarannya bisa berlangsung jauh lebih cepat dibanding metode edukasi konvensional. Menurutnya, hal inilah yang diperkuat oleh OMEGA sehingga mendorong orang muda bisa menciptakan perubahan melalui kebiasaan dan kreativitas.
Awalnya isu tentang kebijakan pangan merupakan sesuatu yang asing baginya. Namun di OMEGA, ia ikut pelatihan membedah regulasi dan mempelajari anggaran pangan Kota Bandung. Dari sini, ia merasa terkejut ternyata pemerintah memiliki anggaran khusus yang bisa digunakan untuk memperbaiki akses pangan sehat, memperkuat pangan lokal, dan mengatasi ketimpangan gizi. Setelah mengikuti OMEGA, ia mulai melihat bahwa advokasi pangan bukan hanya soal apa yang ada di piring kita, tetapi juga tentang kebijakan yang mengatur akses, harga, pendidikan, hingga keberlanjutan.
Bagi Fajar, OMEGA adalah ruang belajar yang membuka matanya tentang hubungan antara gaya hidup, pangan sehat, dan kebijakan publik. Program ini mengajarkannya bahwa perubahan besar selalu dimulai dari perubahan kecil.
Penulis: Sabri Indrajati





