OMEGA (Orang Muda Peduli Gizi dan Pangan) merupakan sebuah gerakan orang muda yang menjadi sebuah ruang belajar sekaligus wadah advokasi yang diinisiasi oleh organisasi SEMAK (Sekretariat Masyarakat Anak) bersama orang muda lintas komunitas yang berada di Kota Bandung.
Salah satu orang muda yang aktif di OMEGA adalah Nida Fauziyah Rakhmi, atau yang akrab disapa Kak Ami. Sebagai anggota KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) Kota Bandung dan Karang Taruna Kecamatan Coblong, Kak Ami sudah lama bergabung dalam organisasi orang muda. Tapi, ada satu hal menarik yang ia sadari setelah bertahun-tahun berkegiatan dan bergabung dalam organisasi.
Kak Ami menjelaskan bahwa program terkait gizi dan pangan hampir tidak pernah dibicarakan di organisasi KNPI dan Karang Taruna yang pernah ia ikuti sebelumnya. Hal ini dikarenakan isu terkait gizi dan pangan juga masih kurang diperhatikan oleh Pemerintahan Kota Bandung. Selama ini belum ada kegiatan edukasi maupun diskusi mengenai ketahanan pangan yang mendalam. Kesadaran inilah yang mendorongnya bergabung di OMEGA, sebagai ruang belajar yang akhirnya mengisi celah pengetahuan yang tidak ia temukan di organisasi kepemudaan lain.
Menemukan Celah: “Ternyata Kita Belum Pernah Bicara Pangan”
Setelah bergabung dengan OMEGA, Kak Ami mulai menyadari bahwa pangan bukan hanya soal kenyang, melainkan juga soal pilihan politik dan keberlanjutan. Melalui materi tentang peta akses pangan sehat, analisis makanan kekinian, praktik belanja sadar gizi, hingga pelatihan advokasi, ia mendapatkan pemahaman baru yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.
Selain memperoleh pemahaman baru, Kak Ami juga mulai melihat bahwa isu pangan ternyata sangat dekat dengan keseharian orang muda. Ia menyadari bahwa pilihan makanan yang terlihat sederhana terkait dengan pola konsumsi yang dibentuk oleh lingkungan, akses, dan tren media sosial. Kesadaran ini membuatnya semakin tertarik untuk memahami bagaimana orang muda dapat mengambil peran, bukan hanya sebagai konsumen, melainkan juga sebagai penggerak perubahan dalam ekosistem pangan.
Selama mengikuti program OMEGA, Kak Ami melalui rangkaian kegiatan yang membuka cara pandangnya tentang pangan dan gizi. Ia bersama dengan orang muda lainnya memulai dengan memetakan akses pangan sehat di Kota Bandung, lalu mendiskusikan akar masalah dan sebab-akibat dari isu pangan di tiap wilayah. Mereka juga menelusuri tren makanan kekinian yang sering digandrungi orang muda, menganalisis kandungan dan dampaknya bagi kesehatan.
Salah satu bagian yang paling berpengaruh bagi Kak Ami adalah pelatihan advokasi membedah regulasi dan anggaran pangan milik Kota Bandung yang membuatnya semakin memahami bahwa isu pangan bukan hanya soal pilihan makan, melainkan juga soal kebijakan. Kegiatan lainnya yaitu dalam bentuk produksi podcast edukasi dan penyusunan rencana advokasi ke pemerintah serta sekolah-sekolah. Semua proses ini membuatnya merasa bahwa isu pangan bisa dipelajari, dipahami, dan diperjuangkan dengan cara yang menyenangkan.
Advokasi Orang Muda Melalui Keluarga hingga Kebijakan Kota
Bagi Kak Ami, peran orang muda dalam isu pangan sangat penting karena bisa dengan cepat menyebarkan informasi, kreatif dalam membuat kampanye yang relate, dan lebih fleksibel untuk mengubah kebiasaan makan menjadi lebih bermakna.
Menurutnya program advokasi sangat penting terutama bagi orang muda yang saat ini berperan sebagai pendorong perubahan. Program-program ini membuat isu pangan dan gizi tidak lagi abstrak namun terasa dekat dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Perubahan paling terasa bagi Kak Ami justru dimulai dari rumah. Ia mulai mengajak keluarganya menerapkan pola makan yang lebih seimbang, terutama setelah menyadari bahwa banyak kebiasaan lama sebenarnya tidak selalu mencerminkan pola makan sehat.
Ke depan, OMEGA menargetkan agar gerakan ini diakui oleh Pemerintah Kota Bandung, menyelenggarakan Festival OMEGA, memperluas advokasi pangan di ruang orang muda, menghadirkan edukasi berkelanjutan ke sekolah dan komunitas, serta memperkuat kolaborasi lintas jejaring.
Sebagai penutup Kak Ami menyampaikan bahwa memilih makanan dengan bijak dapat dimulai dari sebuah langkah kecil. Ia menekankan bahwa orang muda memiliki kekuatan untuk mengubah budaya makan sekaligus menjaga lingkungan, dan tidak perlu takut untuk memulai terlebih dahulu contohnya dengan memulai edukasi terkait gizi dan pangan di lingkungan terdekat kita.
Penulis: Sabri Indrajati





